Jumat, 08 Februari 2008

MENARIK DIRI

BY: SUTRISNO. S.KEP, NS

A.PENGERTIAN
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993). Menurut Townsend, M.C (1998) Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Sedangkan menurut Dekes RI (1989) Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. Jadi menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

B. RENTANG RESPON

1.Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2.Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3.Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4.Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
5.Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
6.Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
7.Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
8.Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.

C.PENYEBAB
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352)
Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisosisi (pendukung) terjadi gangguan hubungan sosial yaitu :
1.Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tua/pengasuh akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa tidak percaya.


2.Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3.Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).

Stressor Presipitasi
1.Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil, yang dirawat di rumah sakit.
2.Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).

D.PROSES TERJADINYA MASALAH
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.

E.TANDA DAN GEJALA
1.Kurang spontan
2.Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan)
3.Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)
4.Afek tumpul
5.Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
6.Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat
7.Mengisolasi diri (menyendiri).
8.Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.
9.Pemasukan makan dan minuman terganggu
10.Retensi urin dan feses.
11.Aktivitas menurun.
12.Kurang energi
13.Harga diri rendah.
14.Posisi janin pada saat tidur
15.Menolak berhubungan dengan orang lain.

F.POHON MASALAH
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi .....

Menarik Diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

G.MASALAH KEPERAWATAN
1.Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi
Data obyektif :
Berbicara dan tertawa sendiri, tersenyum, bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatudisorientasi, menggerakkan bibir tanpa suara, diam dan asyik sendiri.
Data subyektif :
Mendengar suara bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata, melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus, takut pada suara/bunyi/gambaran yang didengar, ingin memukul/melempar barang barang

2.Isolasi sosial: menarik diri
Data obyektif :
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
Data subyektif :
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak.
3.Harga diri rendah
Data obyektif :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri.
Data subyektif :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/tidak tahu apa -apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.


H.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi …. berhubungan dengan menarik diri.
2.Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

I.RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya.
Tindakan:
1). Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
a)Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b)Perkenalkan diri dengan sopan.
c)Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
d)Jelaskan tujuan pertemuan.
e)Jujur dan menepati janji.
f)Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g)Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.

b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri.



Tindakan :
1).Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2).Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul.
3).Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul.
4).Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain,
untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri.
Tindakan :
1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
a)Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
b)Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
c)Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
2) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
a)Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain.
b)Biskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
c)Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial.
Rasional :Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan. Untuk mengetahui perilaku menarik diri yang dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
Tindakan :
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
2)Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
a)K – P
b)K – P – P lain
c)K – P – P lain – K lain
d)K – Kel/Klp/Masyarakat
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.

e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah.
Tindakan :
1)Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
2)Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.
3)Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.

f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.
Rasional : memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik klien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya.
Tindakan :
1). Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
a)Salam, perkenalan diri.
b)Jelaskan tujuan.
c)Buat kontrak.
d)Eksplorasi perasaan klien.
2). Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
a)Perilaku menarik diri.
b)Penyebab perilaku menarik diri.
c)Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi.
d)Cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
3). Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
4). Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu.
5). Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.

Diagnosa 2
Tujuan umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal tanpa merasa rendah diri

Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
Tindakan :
1). Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a)sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b)Perkenalkan diri dengan sopan
c)Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d)Jelaskan tujuan pertemuan
e)Jujur dan menepati janji
f)Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g)Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2). Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Rasional : Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego ini diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien. Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
Tindakan:
a)Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b)Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.
c)Utamakan memberikan pujian yang realistik.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah. Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
Tindakan:
a)Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
b)Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Rasional : Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya. Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
Tindakan:
a)Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
b)Kegiatan mandiri.
c)Kegiatan dengan bantuan sebagian.
d)Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan.

Tindakan:
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b)Beri pujian atas keberhasilan klien.
c)Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Rasional: Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah. Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien. Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
Tindakan:
a)Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
b)Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c)Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

PRE EKLAMPSIA


By : Sutrisno. S.केप, Ns

I. Pengertian
Preeklampsia adalah penyakit yang diderita oleh ibu hamil yang ditandai dengan adanya hipertensi, oedema, dan proteinuri. Tetapi bumil tidak menunjukan tanda-tanda kelainan hipertensi sebelum hamil (Rustam Mucthar, 1998). Dimana gejala preeklampsi biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.
II. Etiologi
Secara pasti penyebab timbulnya gejala tersebut belum diketahui secara pasti, teori yang digunakan oleh ilmuwan belum dapat menjawab beberapa hal berikut :
Frekuensi bertambah banyak pada primigravida, kehamilan ganda, hidramion, dan mola hidatidosa.
Sebab bertambanya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan .
Sebab jarang terjadinya preeklampsi pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
Sebab timbulnya hipertensi, oedema, dan proteinuri.
Dari semua gejala tersebut, gejala awal yang muncul adalah hipertensi, dimana untuk menegakkan diagnosa tersebut adalah yaitu kenaikan tekanan sistole paling tidak naik hingga 30 mmHg atau lebih dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya. Kenaikan diastolik 15 mmHg atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Untuk memastikan diagnose tersebut harus dilakukan pemeriksaan tekanan darah minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam pada saat istirahat.
Oedema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dengan kenaikan BB yang berlebihan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Bila kenaikan BB lebih dari 1 Kg setiap minggunya selama beberapa kali ,maka perlu adanya kewaspadaan akan timbulnya preeklampsi.
Proteinuri berarti konsentrasi protein dalam urin > 0,3 gr/liter urin 24 jam atau pemeriksaan kuantitatif menunjukkan + 1 atau + 2 atau 1 gr/liter atau lebih dalam urine midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam . Proteinuri timbul lebih lambat dari dua gejala sebelumnya, sehingga perlu kewaspadaan jika muncul gejala tersebut.

III. Patofisiologi.
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi ( suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan – perubahan ke organ antara lain :
a. Otak .
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA ,serta kelainan visus pada mata.
b. Ginjal.
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % dari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.
c. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam kandungan.
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabkan partus prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian .
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus.

IV. Klasifikasi Preeklampsi :
Preeklampsi ringan ditandai :
Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan intrerval 6 jam pemeriksaan.
Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg.
BB naik lebih dari 1 Kg/minggu.
Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 – 2 pada setiap urine kateter atau midstearh.
Preeklampsi berat ditandai :
- Tensi 160/110 mmHg atau lebih.
- Oliguri, urine , 400 cc/24 jam.
- Proteinuri > dari 3 gr/l.
Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran, oedema paru dan sianosis.

V. Predisposisi preeklampsi meningkat pada kehamilan :
Penyakit Trophoblastic
Terjadi pada 70 % dari wanita dengan mola hidatidosa terutama pada usia kehamilan 24 minggu.
Multigravida
Walaupun kejadian preeklampsi lebih besar pada primigravida, insidennya meningkat juga pada multipara kejadiannya hampir mendekati 30 %.
Penyakit Hipertensi kronik.
Penyakit Ginjal kronik.
Hidramnion, gemmeli.
Usia ibu lebih dari 35 tahun.
Cenderung Genetik.
Memiliki riwayat Preeklampsi.
DM, insiden 50 %.
Obesitas.

VI. Penanganannya.
a. Preeklampsi Ringan :
Jika kehamilan kurang 37 minggu dilakukan pemeriksaan 2 kali seminggu secara rawat jalan :
Pantau tensi, proteinuri, reflek patela, dan kondisi janin.
Lebih banyak istirahat.
Diet biasa.
Tidak perlu obat-obatan.
Preeklampsi Berat :
Penangananya sama, kecuali persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah kejang.
Pengkajian
Anamnese :
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkwinan, berapa kali nikah, dan berapa lama.
Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru.
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau preeklampsi.
Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.
Pola pemenuhan nutrisi.
Pola istirahat.
Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan.
Pemeriksaan fisik :
Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan bagian tertentu dari tubuh.
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress, kelainan jantung, dan paru pada ibu.
Perkusi : untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian Mg SO4.
Pemeriksaan penunjang :
Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
Laboratorium : proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau + 1 sampai + 2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml.
USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta.
NST : untuk menilai kesejahteraan janin.
Analisa Data
Setelah pengumpulan data langka berikutnyaadalah menganalisa data dengan mengelompokan data subyektif dan obyektif, etiologi, dan kemudian masalah keperawatannya.
Diagnosa keperawatan yang muncul :
Diagnosa PEB
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d retensi air dan garam.
Gangguan perfusi jaringan ginjal b/d vasokntriksi, spasme, dan oedema glomelurus.
Resiko tinggi injury ibu b/d penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tensi.
Resiko tinggi janin b/d perubahan perfusi pada plesenta.
Diagnosa PER
Cemas b/d Ketidaktahuan tentang penyakit dan penanganannya.
Resiko tinggi terjadinya PEB.

Refferensi
JNPKKR - POGI ,2000. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.
Manuaba, Ida Bagus Gede ,1998. Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
Myles MF, Text Book For Midwive, Churchillivine Stone, London,1998.
Prawirohardjo, Sarwono, 1997. Ilmu Kebidanan . Jakarta YBP. SP.
Rustam Mocthar, 1992. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC.
Taber. Ben Zion, MD ,1994. Kapita Sclekta : Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi. Penerbit EGC. Jakarta.
Yasmin Asih, 1995. Dasar-Dasar Keperawatan, Maternitas EGC, Jakarta.